ad1

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 46 Anak Yang Melebihi Aku )




*Percakapan ditulis dalam bahasa Indonesia*

Brandon sedang berada di bawah pohon jacaranda, pohon yang hampir selalu ada disetiap sudut taman di melbourne, bunganya yang berwarna kontras berguguran dan menjatuhi kepala brandon yang sedang terduduk, tampak murung, yang saya lihat dari kejauhan wajah anak itu tampak murung, atau mungkin dia memang selalu terlihat murung,
Saya ingin mendekatinya, tapi langkah saya terganjal oleh sosok itu, kemarin saya memang tidak melihatnya, tapi hari ini saya dapat melihat makhluk mengerikan itu.
, rambutnya seperti surai singa dengan warna gelap dan pirang dibagian ujungnya, saya tidak bisa terlalu detail mendiskripsikanya, jarak yang jauh membuat visualisasi mata saya kurang maksimal. Meski begitu energi makhluk itu dapat saya rasakan, yang seketika membuat bulu kuduk saya berdiri, hawa dingin mulai menyelimuti leher bagian belakangku, “bismillah ......” saya membaca beberapa doa dan mulai bergerak mendekati brandon, posisi brandon membelakangiku, dia duduk bersandar di batang pohon besar itu, sedangkan kepalanya sedikit menengadah, seperti melihat ke awang2, dan persis di sebelahnya “pendampingnya” terus memperhatikanku .
Semakin saya mendekat, semakin saya bisa mngamati dengan jelas makhluk itu, rahanngnya panjang, giginya tampak menjembul dari bibirnya yang sobek, jika diamati lagi bibir bagian kirinya bahkan sobek sampai hampir menyentuh telinga, wajahnya putih, bukan butih mulus, tapi putih kusam, pucat dan terlihat sangat buruk, kulitnya juga nampaak kendor atau bisa dikatakan sudah berair dan berlendir seperti membusuk, ada sebuah rongga bolong dipipinya yang membuat isi mulutnya terlihat berwarna ungu dan merah darah, sorot matanya menunjukan ekspresi geram, gaun merah melekat ditubuhnya yang sangat kurus, beberapa tulang berwarna kuning gading mencuat keluar dari lapisan kulit tipisnya, dan yang paling membuat saya ngeri adalah energi yang terpancar dai sosok itu,
Sangat.. dan sangat kuat.. butuh konsentrasi untuk mendekatinya, tubuh saya seperti mendapat perlawanan, seperti ingin terpental ... bagaimana saya menjelaskanya ya?mungkin seperti saat kalian mencoba menyatukan 2 buah magnet dengan kutub yang senama, akan ada energi yang tidak terlihat yang mencegah 2 kutub itu saling mendekat, kira2 seperti itulah rasanya.
Butuh beberapa menit untuk sampai ke tempat dimana brandon duduk, padahal jaraknya tidak seberapa jauh. Sampai akhirnya saya sampai didepan anak yang bahkan lebih spesial dariku..Entah kenapa saya merasa brandon sangat istimewa.dia memiliki six, seven,eight sense atau mungkin lebih, saya melihat ada sisi lain darinya, dan aura gelapnya mungkin berasal dari makhluk yang mengikutinya itu ... 




Saya sudah berada didepanya, tubuhku mengeluarkan keringat, hal yang cukup aneh saat saya tidak melakukan aktivitas berat tapi berkeringat, tidak ada yang saya lakukan selain mengatur nafas, entah kenapa nafas saya memburu, karena aura itu yang membuat sesak atau karena saya takut?

“haii Mark”

Brandon menyapaku tanpa ekspresi, benar saja mungkin dia tidak punya ekspresi lain selain yang dia tunjukan. Wajahnya tampak murung, mimik mukanya juga menunjukan bahwa dia sedang sedih.

“hai brandon ... apa yang kamu lakukan disini?”

“mark, kamu tentunya sudah tau aku disini menunggumu”

“ya.. dan disinilah aku sekarang brandon, apa yang ingin kamu sampaikan?”

Dia hanya menggeleng, tanpa berbicara, sesekali dia melirik “si merah” yang berada disampingnya, tanpa ada raut takut diwajahnya, yaa.. brandon tentunya mengenal sosok yang mengikutinya itu ...

“Brandon.. dimana ibumu?dan kenapa kamu tidak sekolah?”

Saya mencoba memecah kebisuan diantara kami, saya duduk disamping brandon walaupun harus mengesampingkan rasa risi dan ngeriku dengan makhluk itu, tampaknya dia juga merasa tidak nyaman oleh kehadiranku. Dan yang aneh adalah dia membiarkanku mendekat..

“ibuku sedang sibuk dengan urusanya, aku tidak mau sekolah, sekolahku terasa penuh dengan orang idiot didalamnya”

“lalu, apa yang kamu lakukan di taman yang sepi ini? “

“aku Cuma menghabiskan waktu bersama temanku disini, kalian sudah berkenalan?”
“dimana dia?, bolehkah aku bertemu denganya?” Saya sengaja berpura-pura untuk melihat reaksi dari Brandon,

“hahaha, jangan bersikap bodoh mark, aku bukan anak kecil seperti anggapanmu” 

Saya terdiam melihat sikap anak itu, dia memang berbeda dari anak pada umumnya, dia berbeda bahkan dari orang yang sudah berbeda dari orang kebanyakan seperti aku.
Tutur katanya sama sekali tidakseperti anak2, sikap dinginya, ya sikap dinginya itu ...

“kamu tidak takut dengan temanku mark?, kebanyakan orang akan lari terbirit-birit saat melihat dia”

“tentu saja aku takut, aku orang yang penakut. Apalagi temanmu tampak tidak bersahabat denganku”

“ayolah dia tidak seburuk itu, dia lebih baik dari pada orang2 idiot di lingkunganku”

“benarkah? Apakah dia baik kepadamu?”

“ya.. setidaknya daisy menemaniku, tidak seperti mereka, orang2 bodoh yang mengabaikanku, mengejeku, bahkan memukuliku”

Daisy? Nama yang sungguh tidak cocok untuk sosok menyeramkan itu, daisy adalah nama bunga yang melambangkan cinta kasih, dan brandon memberikan nama bunga cantik itu untuk menamai jelmaan jin. 
Dalam percakapan kami saya dapat menangkap bahwa brandon ini adalah anak yang kesepian, sama seperti masakecilku dulu, 

“brandon, apa kamu tidak mempunyai teman selain daisy?”

“tidak .... dan aku tidak membutuhkan mereka!! , aku ingin membalas mereka ! mereka sangat jahat kepadaku!, jika bisa aku ingin membunuh mereka semua mark “

“Brandon, kamu harusnya.... “
“jangan mendekatiku lagi mark!!, aku pikir kamu sepertiku!, ternyata kamu lebih sok tau daripada mereka!”

Brandon meninggalkanku , dia berlari sangat kencang sambil sesekali menoleh dengan tatapan marah kepadaku, dia anak yang sangat tempramental kataku dalam hati. Daisy juga mengikutinya dari belakang,dengan melayang mundur daisy menatapku, sampai akhirnya mereka terlalu jauh untuk kulihat ..
Saya kembali kerumah dengan banyak tanda tanya yang mengisi kepalaku,
Brandon dan Daisy.... apakah sama dengan Rizal dan Sari??
Apakah saya seperti itu??, mungkin perasaan brandon ke daisy sama sperti perasaanku ke sari?
“2 makhluk yang seharusnya tidak berteman” kyaiku dulu mengatakan demikian,
Apakah itu alasan sari menjauhiku??
Daisy dengan sari... saya mencoba membandingkan dua makhluk itu..
Sari disetiap pertemuan denganku tidak pernah menunjukan wujud seramnya, aura yang dimiliki sari juga tidak gelap, berbeda dengan Daisy yang menurut saya sangat gelap..
Saya memikirkan hal itu sepanjang perjalan pulang, sampai tidak terasa saya sudah sampai didepan rumah..
Hari masih terang, mungkin sekitar pukul 13.00, saya bergegas untuk beribadah dan makan siang,

“dewi kemana yan??” tanyaku kepada wayan yang sedang sibuk mengunyah sandwich..

“dikamarnya kalik, dari tadi sewot terusdia, katanya gegara kamu tinggal bli” jawab wayan dengan logat balinya yang sama sekali tidak luntur..
Saya bergegas menghampiri dewi dikamarnya untuk memberitahukan pertemuanku dengan brandon...

“dewi” ucapku sambil mengetuk pintu bercat putih itu..
Klekk...
Pintu kamar itu terbuka dan saya disambut dengan wajah yang terlihat manyun..
“jahatt.... aku gak diajak tadi “ ucap dewi dengan jengkel sambil memukul2 pundaku pelan..

“ya maaf wi, aku semalem liat kamu pucet banget, makanya gak tak ajakin”

“hih.. yaudah buruan cerita.. tadi gimana?? Ketemu sama Brandon??”
Saya mengangguk pelan. Tanpa meminta izin saya nyelonong masuk kekamarnya.
Saya tidak ingat berapa lama kami berdiskusi tentang kejadianbarusan..
Dewi dengan seksama mendengarkanku sambil sesekali bertanya lebih detail..
Saya menceritakan tempatku bertemu dengan anak itu, sikapnya, dan tentu saja Daisy sosok mengerikan yang menjadi temanya.

“kasian ya brandon” ucap dewi dengan nada suara yang menurun ...

“apa yang bisa kita lakuin buat brandon wi?”

Dewi menggeleng pelan, mungkin dia sama bingungnya denganku..

“kita cari tau lebih banyak zal, tapi kamu harus janji buat ngajak aku besok”
Saya menyetujui usulan dewi, 
“ya.. oke , besok kita ketaman itu lagi”
Ucapku sambil beranjak untuk keluar dari kamar dewi..
“oh iya zal.. kemarin gimana perpisahanmu sama risa di airport? Penuh dramagak? Hihi” 

“matik aku wi.. dari kemaren belum ngasih kabar ke risa” jawabku panik, buru2 saya memencet hp dan menelfon risa, dan seperti dugaanku, risa sudah ngomel2 ga jelas karena tidak mendapat kabar dariku

“pokoknya aku NG-AMM-BBEEEK!! Titik!!” Cuma kata itu yang diucapkan risa setelah mendengar alasanku....


siang itu saya habiskan untuk merayu risa agar tidak ngambek lagi denganku, butuh usaha keras untuk melunakan anak bawel itu,dan akhirnya setelah berjam jam berusaha risa mau baikan dengan syarat kepulanganku besok harus membawa oleh2 berupa buku biografi oprah winfey lengkap dengan tanda tanganya.karena kabarnya oprah akan melaunching bukunya secara langsung di victoria... Yassalammm nih anak, batinku dalam hati..
gak apalah, anak itu kalo ngambek memang susah diajak kompromi,daripada kupingku panas denger omelanya...

malam harinya saya lanjutkan dengan kisibukan menata tugas, dan beberapa laporan yang sempat tercecer selama liburan kemarin, ratusan lembar kertas itu tertumpuk di mejaku, saya memilah satu persatu jurnal dan buku2 kuliah saya, dan menatanya di rak yang tertempel di tembokk..
“huahhh.. kelar,” gumamku sambil merebahkan diri dikasur, kegiatan saya selanjutnya hanya tiduran di kasur sambilt membaca novel karya seorang author dari hawai, bukunya menarik, mengisahkan kisah cinta tentang seorang gadis buta penjual bunga.
Entah berapa lama saya terlena dengan buku itu, sampai saya merasa kedinginan... saya segera berdiri untuk menutup jendela, karena saya merasakan ada angin yang bertiup dari jendela, dan begitu saya berbalik ternyata jendela kamarku sudah tertutup.. lantas dari mana angin itu??
Saya mendekati jendela untuk menutup gorden yang masih terbuka..
Dan hal yang tidak menyenangkan terjadi....
“Daisy” ” saya menggumam kelu... ya sosok diluar kamarku adalah Daisy...
Daisy menatapku tajam dengan geram,... matanya berpendar merah, saya merasakan hawa yang lebih kuat dari pada tadi siang...
Dan yang menakutkan dari Daisy malam itu adalah.. tangan kirinya memegang sebuah pisau ....


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 45 Brandon : Anak yang Kerasukan )



Saya tertegun melihat anak itu, seorang anak yang memiliki “sesuatu” yang sangat besar didalam dirinya, sesuatu yang saya tidak tau apa itu. Beberapa asumsi dikepalaku mulai membuat beberapa pernyataan dan pertanyaan.
Saya dan dewi saling berpandangan beberapa lama, kami saling membuat kode lewat kebisuan kami..
“Brandon.... my name is Brandon”
Anak itu memperkenalkan diri kepada kami, sorot matanya kosong. Saya sulit membaca apa yang ada didalam diri anak ini, dia mempunyai “sesuatu” yang tinggal didalam dirinya,,
“and you??”
Anak bernama Brandon itu bertanya balik siapa kami... saya dan dewi belum menjawab, masing2 dari kami masih heran, atau lebih tepatnya gentar dengan anak kecilyang bahkan belum remaja itu. 
Udara disekitar anak itu dalam pengelihatanku seperti berwarna kehitaman dengan sedikit kabut tipis, hmmm..
“mark, and she is dewi” saya memperkenalkan diri, anak itu tersenyum tipis sambil mengangguk..
“nice to meet you mark, you special”
Entah apa yang ada dipikiran anak itu, dia hanya berkata seperti tadi sambil melangkah pergi, langkah yang cepat, bahkan terlalu cepat , tapi tidak bisa dikatakan berlari karena langkahnya yang santai, sampai tidak beberapa lama brandon sudah hilang ditengah kerumunan orang yang berjalan,

“ada sesuatu didalam tubuh brandon” dewi berbicara sambil berbisik kepadaku,



“kita bahas dirumah wi, ntar temen2 lain pada heboh kalo kita ngomong disini”
Kami tengah berbicara di dalam tram yang mengantarkan kami menuju rumah hunian kami, 
Butuh waktu sekitar 2 jam bagi kami untuk sampai kerumah, dan selama waktu itu saya hanya berpikir tentang seorang anak bernama brandon itu, apa maksudnya, dan ada apa denganya, saya sendiri baru melihat seseorang dengan aura begitu kuat

Sesampainya dirumah saya mengulangi melihat gambar demi gambar yang memuat sosok brandon,
Anak ini berpenampilan rapi, tubuhnya juga bersih, pasti dia masih bersama orangtuanya atau paling tidak ada orang yang merawatnya, dalam salah satu gambar anak bermata biru itu menghadap kamera, tanpa ekspresi wajahnya hanya datar saja, seolah dia tidak memikirkan apapun, tapi digambar lain mimiknya berubah, wajahnya menghadap kearahku, saya men zoom gambar 5 x , sampai terlihat dia menatapku dengan tajam..
Tunggu.. tunggu dulu ... ada sesuatu disamping anak itu...
Ahhh terlalu kabur, resolusi kameraku tidak mampu menangkap dengan pasti gambar apa itu,
Saya yang merasa tidak puas segera menyambungkan kamera digital itu ke laptop untuk tampilan yang lebih besar.. berkali2 saya meneliti tiap gambar yang menampilkan sosok brandon, dan berkali2 pula saya terkejut karena setiap gambar yang memuat brandon selalu dibarengi dengan “makhluk lain” disampingnya, entah berapa kali saya men zoom in dan zoom out gambar2 itu untuk meyakinkan saya bahwa itu bukan efek cahaya atau benda lain, benar... itu memang sosok makhluk tak kasat mata... makhluk halus, mungkin terlalu “halus”sampai saya dan dewi yang harusnya bisa melihat sosok itu tidak merasakan kehadiranya didekat kami...
Saya meneguk kopi dimeja belajarku, sambil memainkan pointer yang mem preview gambar2 yang tadi sore kami ambil..sosok berambut panjang berantakan dengan tangan yang panjang, dia mengenakan semacam gaun berwana merah, tidak jelas sosok pada gambar itu karena keterbatasan kamera saya , tapi saya yakin makhluk itu yang membuat brandon menjadi seperti itu ...

“zal...”
Seseorang memanggilku dibarengi dengan ketukan pintu,saya yakin itu adalah dewi.

“masuk aja wi, gak dikunci” seruku dari dalam kamar tanpa beranjak dari kursi tempat duduku.

“zal, aku masih penasaran deh, anak itu tadi lohh, itu gak biasa. Kita harus......... “

Kata2 dewi terhenti begitu saya menunjuk layar laptop, tanpa berkomentar dewi mendekatkan matanya ke layar, dan sama seperti saya tadi dia memainkan fungsi zoom in dan zoom out untuk meyakinkan dirinya,

“kamu ngrasain kehadiranya gak tadi?” tanyaku kepada dewi,
Dewi langsung menggelengkan kepalanya tanda dia juga tidak mengetahuinya.

“ini mungkin yang merasuki brandon zal” 

“tapi bagaimana bisa kita gak bisa liat dia wi?”

“mungkin dia jauh lebih tua dan kuat dari jin manapun yang pernah kita lihat zal, sampe bisa menyamarkan kehadiranya”
Saya berfikir, apakah iya? . kalau memang benar anak itu dalam bahaya, saya yakin sosok bergaun merah itu bukan makhluk yang bersahabat, aura yang buruk dan gelap...sangat tidak baik jika itu terlalu lama berada dalam diri brandon...

“jadi menurutmu dia kerasukan wi??”

“iya, menurutku hal yang paling mungkin sih itu zal”

Saya dan dewi kembali berpandangan, masing2 dari raut wajah kami menggambarkan kebingungan,
Kami memang sering melihat sosok jin di sini,tentu saja wujud mereka berbeda dengan di indonesia, jin2 itu merubah wujud mereka sesuai dengan daerah dimana mereka tinggal, tujuanya jelas untuk membuat sosok yang dapat menakuti orang disekitar mereka.

“apa kita harus mencari brandon zal?”

“well,, tapi apa kamu tau apa yang bisa kita lakuin kalo ketemu dia?”

Kami sama2 paham, tidak mudah mengusir sosok makhluk halus yang bersemayam dalam satu tubuh manusia, jin jahat kadang memanfaatkan manusia untuk berbuat buruk dan berbuat dosa, di seluruh dunia jin jahat akan melakukan itu, bahkan di indonesia, beberapa orang yang berilmu menyalahgunakan ilmunya untuk bersekutu dengan jin, mereka melakukan ritual2 yang cenderung menyembah selain Tuhan, mendewakan jin2 kotor itu untukmendapatkan keduniawian, jin yang baik biasanya akan menjauh dari manusia, seperti sari yang sebisa mungkin menjauhiku sekarang, sedangkan jin jahat akan mendekati manusia yang bersekutu denganya, mengiming-imingi mereka dengan harta dan lainya, berusaha menjerumuskan manusia yang lalai menuju kemusyrikan.
Jin menjebak manusia dengan mengatasnamakan kemuliaan, yang dibayar dengan syarat2 tertentu, kebanyakan manusia yang tergoda akan mengorbankan iman mereka dan akhirnya menjadi budak makhuk yang harusnya derajatnya lebih rendah dari kita,

Tapi yang unik dari brandon adalah dia masih anak2, sangat jarang ada jin yang merasuki anak2, karena anak2 pada umumnya memiliki hati yang masih bersih, belum ada celah untuk jin jahat masuk dan mengendalikan anak kecil. 

“wii??”saya memanggil dewi untuk menanti jawaban dewi.

“mungkin kita harus cari tau tentang Brandon dulu zal”

“setelah itu apa wi?”

“kamu lebih unggul dari aku zal dalam mengusir mereka”

Saya kembali mengalihkan pandanganku ke layar laptop, melihat tubuh kecil brandon harus membawa energi negatif sebesar itu, memang hal ini tidak bisa dibiarkan.
Sosok merah itu berada persis dibelakang brandon, sangat tipis dan mungkin orang biasa akan sulit melihatnya, brandon mengingatkanku pada diriku di masa kecil, beruntung saya tidak mengalami kejadian seperti brandon.

“oke wi, aku setuju “

“hmmm,.. tapi ada satu hal zal, dari mana kita mulai nyari brandonn?”

“aku gak tau wi, tapi aku rasa dia tertarik sama aku, jadi mungkin dia yang bakal nyari aku “

Malam itu saya mencukupkan diskusi saya dengan dewi, dan memilih istirahat, rasa lelah sudah membuat mata saya menuntut tidur lebih awal...
Brandon... pertemuan yang mungkin hanya semenit dengan anak itu membuat saya penasaran ... 

******

Saya masih ingat itu adalah hari senin, dari pagi hari saya sudah berada di sekitaran collins street. Saya duduk disebuah kursi kayu panjang yang menjadi tempat dimana brandon mencegat saya tempo hari, sebuah taman kecil yang tak jauh dari tempat itu masih terlihat sepi, hanya ada beberpa orang yang berada disitu yang sedang menghirup udara pagi, saya sengaja tidak mengajak dewi, semalam saya melihat dewi terlihat pucat, saya tidak ingin dia sakit, jadi saya berangkat sebelum dewi keluar kamar.
Saya berjalan menuju taman itu,sambil sesekali mulut saya menyruput kopi yang saya beli di sebuah stand minuman, saya mencoba peruntungan hari itu,siapa tau bisabertemu brandon..
Saya mengeluarkan kamera sambil menjepret beberapa gambar lanscape di taman itu, sambil sesekali berjalan perlahan untuk mengusir rasa bosan.
1 jam... 2 jam... 3 jam..... sudah lewat tengah hari tapi anak yang saya cari tidak muncul, saya juga heran kenapa merasa yakin bahwa akan bertemu brandon disini..
Saya sedang duduk di rerumputan sambil membaca majalah, sampai tiba2 tangan saya merasa panas, cincin galih kelor pemberian kyai terasa panas ditanganku. Cincin yang dipercaya memiliki energi alami dalam mengusir makhluk tak kasat mata itu mulai memunculkan tanda bahwa ada yang datang. 
Saya menoleh kekiri dan kekanan mencari penampakan sosok yang membuat tanganku memanas,
Dan benar saja ... sekitar 50 meter dari tempatku duduk saya melihat brandon.. lengkap dengan sosok merah dibelakangnya, saya tidak salah lihat itu adalah sosok berwarna merah yang terlihat marah... 


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 44 Anak Sepertiku )



Kerlip lampu kota terlihat sangat indah dari ketinggian, maskapai bernama sebuah negara dari timur tengah itu sedang membawaku terbang menuju tempat dimana saya menuntut ilmu, saya tidak tau sedang melewati daratan sebelah mana, mungkin saya masih melayang di negara bagian paling utara benua Australia, saya mengalihkan perhatian ke sebuah buku yang saya bawa, mencoba mengusir kejenuhan karena harus duduk selama beberapa jam..
Hari itu adalah hari keberangkatanku kembali ke melbourne, dengan berat hati saya sekali lagi meninggalkan kampunghalaman beserta semua hal yang saya cintai.
“mas harus janji jaga diri”
Perkataan risa itu memaksaku untuk membuat janji baru denganya, ya saya akan sebisa mungkin menjaga diri . perpisahan yang pasti akan berlangsung lama yang menyisakan rindu, mungkin taun ini saya tidak akan merasakan lebaran lagi di tanah kelahiranku, liburan yang segera berakhir membuatku tidak bisa berlama-lama dijogja, saya harus segera kembali untuk menjalani masa perkuliahan yang sbentar lagi dimulai...
Ingatan saya kembali kepada kejadian tempo hari, “datanglah saat 100 tahun setelah aku mati” jika dihitung masih beberapa tahun lagi... tapi sampai sekarang saya belum bisa menemukan jawaban dari teka teki Sari,...

****
Rasanya sama persis saat pertama kali saya datang ke Melbourne, dingin... adalah hal pertama yang menyambutku setelah turun dari pesawat, saya sampai di melbourne dini hari dan hujan rintik semakin menambah parah kondisi badanku yang mulai menggigil. 
Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya sampai juga dihunianku
Saya memasuki kamar, sedikit membenahinya walaupun sebenarnya tidak berubah semenjak ditinggal selama 3 minggu, saya membongkar tas dan mengeluarkan isinya, beberapa bungkus snack, makanan instan dari tanah air, sedikit pakaian yang saya beli di malioboro juga turut saya keluarkan..
Saya tersenyum melihat sebuah wadah bekal berisi sambal trasi, “dasar anak itu” gumamku pelan, beberapa kali saya mengeluh karena jarang sekali menemui makanan dengan sambal disini, kecuali masakan asia, dan risa tanpa diminta menyediakanya untuku.
“thanks untuk sambalnya nduk  “ saya mengirim pesan singkat kepada risa, sekaligus mengabari kalau saya sudah sampai dengan selamat.

Diluar kamar masih sepi, beberapa temanku belum kembali dari liburanya,hanya si wayan dan 3 orang lain yang liburan ini tidak pulang, sedangkan dewi.. entahlah, dia sudah kembali 2 hari yang lalu tapi setibanya saya disini saya belum bertemu denganya, dewi juga belum membalas pesan smsku.

saya merebahkan diri dikasur, sekedar mengistirahatkan tulang punggungku yang terlalu lama merasa pegal karena duduk terus di pesawat, sambil mengecek yahoo mesenger yang mungkin ada beberapa pesan yang belum saya baca, cukup lama juga saya asik dengan hp pda ku, sampai sebuah ketukan pintu dan suara panggilan seorang perempuan memanggil namaku,
“ehh dewi.. dari mana aja kamu? Tak cariin dari tadi juga” ucapku menyapa dewi yang sudah berada di ambang pintu, dia mengenakan jaket mantel tebal berbulu, sebuah kupluk membungkus kepala danrambutnya yang panjang, tanganya menggenggam 2 plastik besar, tampaknya dia baru saja berpergian.

“dari belanja zal,lagi pengen masak aku, kamu mau??” 

“mau dong, kamu mau masak apa??”

“sayur asem, sama ikan asin,tadi juga beli tahu sama tempe nih”

“loh?? Disini yang jual ikan asin, sama tahu tempe dimana wi??”

“yeee, udah lama disini kok gak hapal2 sih zal?, itu lohh kan ada minimarket asia di samping kings park”

Saya mengerutkan dahi sembil sedikit mengingat,yang diakhiri dengan anggukan tanda mengerti,
Saya beranjak dari kasur sambil menyaut plastik yang ada ditangan dewi. Dan membantu membawanya ke dapur, hari itu saya lewati dengan mememasak bersama dewi, kami memasak dengan porsi banyak, 
“buat temen2 yang gak pulang zal, biar kangenya sembuh dengan makan masakan rumahan”
Begitu jawabnya, ahh dewi ini memang sangat baik,perhatianyakepada orang lain sangat tinggi. Tak heran dia disenangi banyak orang disini, beberapa kali saya juga mendengar rumor kalau dewi didekati mahasiswa jurusan lain yang katanya naksir dia, pantaslah orang sebaik dan secantik dewi disukai banyak orang.
Hari itu kami makan besar bersama wayan, wardana, novita, dan miska.mereka tampak senang melihat masakan yang kami buat, sayur asem, tahu tempe goreng, ikan asin, sayur lodeh, dan sambal buatan risa turut saya keluarkan untuk dinikmati bersama.
Kami makan sambil ngobrol tentang kehidupan kami dan sebagainya, cukup seru juga wayan adalah orang bali yang sangat lucu, mengingatkanku pada andi sahabatku di masa sekolah, kemudian wardana dia orang jawa timur penggila fitnes, dia adalah rekan nge gymku disini, sedangkan novita dan miska mereka berdua berasal dari pulau sumatra, obrolankami berlangsung menyenangkan, beberapa kali saya terbahak2 mendengar lelucon dari wayan, dengan logat balinya dia sangat fasih melempar lelucon, terutama komentarnya mengenai dosen2 pembimbing kami.

Entah berapa lama kami berbincang, sampai sebuah ide terucap oleh novita
“jalan-jalan yukk”
Segera saja ide itu disambut oleh saya dan teman2 lain, aneh juga hari itu saya tidak merasacapek setelah perjalanan jauh dari indonesia, kami akhirnya setuju untuk berjalan-jalan ke collin street dimana itu adalah tempat wisata yang dibuat dengan bangunan2 klasik yang berjejer sepanjang jalan, kami berangkat siang itu juga dengan sedikit persiapan, kami hanya berganti baju dengan baju yang lebih tebal, tak lupa masing2 dari kami mengenakan jaket, setelah berkumpul kami langsung berangkat menuju halte yang hanya beberapa meter dari hunian kami, beberapa kali kami berpindah bis dan kemudian kami memilih menggunakan tram, sistem transportasi di melbourne sudah sangat maju, kita tidak perlu mengeluarkan dollar untuk membayar tarifnya, kami dibekali dengan selembar kertu ajaib berwarna hijau bernama Myki card, jika teman2 berkunjung jangan sekalipun pergi tanpa menggunakan kartu ini, karena jika berpergian tanpa myki card kalian bisa kena denda yang jumlahnya lumayan banyak, setelah beberapa lama akhirnya kita sampai di collins street, sebuah tempat yang boleh dikatakan malioboronya melbourne, bangunan2 tua bergaya barat berjejer dan di kanan kirinya adalah surga bagi orang yang gila belanja, banyak yang menjual mulai dari pakaian dan segala pernak pernik, sepanjang mata memandang juga banyak cafe dan pubs yang menjajakan kuliner dari seluruh dunia, saya tidak henti2nya takjub dengan benua ini, akankah negaraku bisa dikelola serapi ini?, bisakah saya mengajak orang2 dinegaraku se tertib ini?, sedikit pertanyaan aneh terbesit diotaku, akhir2 ini saya merasa berhutang dengan negara, kenapa? Karena saya sudah bisa sampai tahap ini dengan bantuan negara, dimana uang yang saya gunakan untuk menuntut ilmu dan kegiatan sehari2 saya adalah hasil dari pajak yang dibayarkan oleh orang2 yang membayar pajak negara, saya beberapa kali merenung dan membuat janji kepada diri sendiri, bahwa suatu saat akan ada saatnya saya membalas jasa kepada negara dan masyarakat, paling tidak masyarakat lingkunganku sendiri.
Novita, miska dan dewi, trio cewek itu asik menyusuri jalan dengan berfoto di masing2 spot foto, oh iya tukang fotonya adalah wayan, beberapa kali dia menggerutu karena dia malah tidak ada fotonya, sementara saya yang memang tidak hobiberfoto hanya duduk2 sambil melihat teman2ku berpose,
Memang bukan wayan namanya kalau tidak cerewet, dia berhasil memaksaku untuk ikut berpose dengan pose yang aneh2, mulai dari nungging, pose diperbeutkan novita dan miska, pose saya seolah memberikan bunga pada dewi dan pose2 konyol lain yang membuat saya terlalu malu untuk menulisnya disini.

waktu sudah semakin sore, kegiatan seru saya pada hari itu seperti menghapus rasa lelah saya yang mulai terasa. Kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah stand minuman dipinggir jalan, wayan memesan bir kaleng, sedangkan saya dan yang lainya meminum limun. 
Semuanya berjalan baik, wayan masih dengan kekonyolanya yang sekarang sedang asik mengganggu wardana dan novita yang memang dikabarkan pacaran, sedangkan miska sedang asik berkutat dengan handphonenya, kemudian dewi sedang sibuk melihat hasil jepretan gambar di kamera poket yang saya bawa. Awalnya dia tersenyum terus sambil mengomentari hasil gambar, tapi ekspresinya mendadak berubah serius, sorot matanya menunjukan tanda tanya dibenaknya, saya yang awalnya hanya memperhatikanyamenjadi penasaran apa yang sedang diamati dewi.

“wi, kenapa?, kok serius banget?”
Dewi hanya menggeleng pelan, matanya masih sibuk menatap screen kamera itu,
“wi??” tanyaku sekali lagi.

Dewi menoleh kearahku, sambil berbisik dia menyerahkan kamera itu dan menunjukan hal yang menarik perhatianya kepadaku.

“ada yang aneh zal”
Ucapnya dengan berbisik pelan sambil menggeser posisi duduknya lebih mendekat kepadaku. Dewi menunjuk beberapa gambar dimana ada kami berpose bersama, tidak ada yang aneh.. kecuali satu hal.. ada seorang anak lelaki yang kami tidak tau siapa itu, baik saya dan dewi tidak menyadari kehadiran anak yang mungkin usianya 5-8tahun itu, dia berada di belakang kami hanya berdiri sambil menatap dengan tatapan kosong di kamera.
Saya dan dewi saling berpandangan dengan bingung, saya tau hal yang membuat dewi bingung adalah pertanyaan. Benarkah itu anak manusia atau.........
Saya dan dewi sepakat tidak memberitahukan hal ini kepada teman2 yang lain, menghindari pertanyaan dan tanggapan2 dari teman yang lain.

Pertanyaan timbul dipikiranku, kenapa dengan anak ini?? Dia bukan anak seperti pada umumnya, pada satu gambar yang terekam dia berada di pinggir kami sambil melihatku, tidak mungkin anak ini adalah orang yang kebetulan lewat, karena dia terabadikan secara tidak sengaja dalam banyak gambar. Lama saya dan dewi saling membisu sambil berbisik, sampai ajakan miska untuk pulang kerumah membuat saya menyimpan rasa penasaran saya.

Kami sedang berjalan menuju halte pemberhentian bus terdekat, teman2ku yang lain berjalan didepan sedangkan saya dan dewi masih berdiskusi tentang anak pada potret itu.

“ini gak biasa kan zal?, lihat dia memiliki ...... tapi dia anak2 biasa tapi kenapa kok....”

“gelap”

“iya, gelap banget”

Gelap yang kami maksudkan adalah semacam aura dari anak ini, sseddikit mengenai kemampuan saya dan dewi adalah merasakan “hawa” atau bisa juga disebut aura, tiap orang memiliki warna sendiri, walaupun dalam medis belum ada teori yang sungguh mampu mengupas tentang aura tapi saya bisa merasakanya, anak itu seperti memiliki kebencian yang sangat, dia seolah memiliki keinginan yang sangat besar akan balas dendam, itu kenapa kami menyebutnya “gelap” ..

“apa dia sama seperti kita?? “

Pertanyaan dewi mengganggu pikiranku, tapi masuk akal juga, beberapa orang dengan kasus extra dimensional seperti kami memiliki kemampuan mengidentifikasi orang lain, tentunya mereka mampu melihat orang yang “senasib” dengan mereka. Kemampuan yang saya dan dewi tidak miliki.

“tidak”

“trus apa dong?”

“dia lebih spesial dari pada kita”


Obrolanku dan dewi terhenti saat wayan berteriak keras memanggil kami yang terpisah lumayan jauh karena berjalan lambat, kami buru2 mengejar yang lain dengan setengah berlari, baru beberapa meter langkah kami terhenti karena melihat anak itu,
Dia sedang duduk di sebuah bangku panjang dipinggir jalan, memakai kaos bergaris dan bercelana pendek, rambutnya sedikit panjang berwarna pirang, dengan bola mata berwarna biru.
Dia duduk menghadap kami dari arah berlawanan, seolah dia tau saya dan dewi akan melewati jalan itu.

“hay “
Dia mengucapkan salam kepada kami, seolah sudah mengenal kami lama.
Dan begitu melihatnya, saya paham.. anak ini sangat butuh pertolongan ........


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 43 Pesan Sari )



“nasi gudeg manggar + sambel ati krecek, sedap nihh“ saya menggumam saat melihat isi bungkusan itu, sarapan pagi dengan menu yang istimewa, sudah sangat lama saya tidak makan gudeg khas kotaku, saya beranjak kedapur untuk mengambil sendok dan menikmati makan pagi itu, saya mengutak atik hp dan mengirim sms ke risa, sekedar berterimakasih, tadi pagi risa menyiapkan makanan ini di meja makan saat saya belum bangun, setelah subuh tadi saya memang tidur lagi, atau lebih tepatnya ketiduran. Secarik kertas kecil diatas meja menandakan bahwa ini adalah pemberian risa. 

“mas, ini sarapanya ya... spesial cinta tuh 😁 dimakan ya kalo gak habis jangan dibuang
Love
Risa “



saya hanya bisa tersenyum melihat perhatian risa kepadaku, terbesit rasa syukur memiliki anak itu disampingku.
Itu adalah hari ketiga setelah kami pulang dari kediaman dewi. Walaupun dengan berat hati meninggalkan anak2 akhirnya risa mau dibujuk pulang.
Semalam om bowojuga mampir beserta istri beliau, mereka tampak senang melihat saya sehat sehat saja, begitu juga dengan saya yang senang dengan om bowo beserta keluarga yang sehat2saja.
Saya tidak ingat banyak dengan kegiatan saya hari itu, yang jelas saya hanya berdiam dirumah sambil memetik gitar lamaku dikamar.. sampai sesuatu mengejutkanku
Prakkk... “bahayaa, bahaya, bahaya”
Saya terkejut dengan suara barusan...ternyata itu adalah bunyi dari koleksi mainan robot2anku dimasa kecil. Tanpa sebab mainan itu terjatuh dari atas rak koleksi, bahkan mainan yang bisa bersuara itu sampai menyala.. saya memungut mainan itu yang mungkin sudah saya miliki selama belasan tahun,benda2 masa kecil saya memang masih terawat bahkan sampai sekarang,
aneh...Mainan itu menyala, padahal sudah bertahun2 saya tidak mengganti baterainya..
saya memperhatikan mainan itu, itu adalah mainan yang dibelikan almarhum ibu di pasar malam sekaten saat saya masih tk, lebih rinci lagi coba saya ingat... mainan ini adalah mainan yang berjalanan dibawah kasur saat “mata” ini pertama terbuka... mainan ini menunjukan “penampakan” wanita bersimbah darah di bawah kasur..
saya memfokuskan pikiran sejenak, mencoba mempertajam batin ... tidak ada apapun ya disekitarku bersih dari “gangguan”.. anehhh... lagi2 saya bergumam dengan hal barusan.. saya mematikan tombol off mainan itu dan duduk kembali dikasur..
saya memandangi sekeliling kamar dan terlihat koleksi barang2 lamaku... mainan.. ya benda koleksiku mayoritas adalah mainan, saya ingat hampir setiap hari di masa kecilku, bapak membelikanku mainan baru, karena saya dulu tidak memiliki teman..jadi bapak meberi alternatif dengan membelikanku apapun mainan yang saya sukai..
mata saya tertarik mengamati tumpukan lego di sudut rak,saya mengambilnya dan mencoba mengingat lagi, tidak....saya sama sekali tidak ingat, bukan lupa tentang lego itu yang saya lupa adalah bentuk legonya,seingatku saya membentuk lego dengan wujud mobil saat terakhir saya tinggalkan, tapi yang saya temukan saat ini adalah lego itu berbentuk manusia,membentuk sebuah kepala, badan dan anggota tubuh lain yang kecuali kaki kiri..aneh...ya benar2 aneh..
saya kembali terdudukk di kasur sambil menerawang sekeliling kamar....
semua barang masih tetap berada di posisinya, bahkan debu yang menempel di mainan2 itu menunjukan bahwa sudah lama tidak ada tangan manusia yang menjamahnya...
buku gambar...
tunggu dulu... buku gambar??? Harusnya benda itu tidak ada disini...
saya semakin yakin ada campur tangan “pihak ketiga” di kejadian aneh ini...
saya membuka dengan seksama lembar tiap lembar dari buku gambar yang sudah terisi penuh itu,
di halaman paling akhir saya mengamati ada hal yang menarik pada gambar yang tertuang disitu, ada nama yang tertulis disitu, namaku dengan tulisan khas anak sd, disamping namaku ada sbuah bilangan yang menunjukan angka 7,0..tapi bukan itu yang menarik perhatianku, melainkan gambarnya... gambar pohon... gambar pohon dengan buah, pohon dengan daun lebat berwarna hijau, pohon dengan batang besar... ada dua,, tapi yang satunya roboh,seperti dipotong atau sengaja dirubuhkan...beberapa bujur garis menggambarkan ayunan yang menjuntai di pohon yang masih berdiri, dibawahnya digambar sosok 2 anak, laki2 dan permpuan sedang berdiri di sebelah ayunan itu...
“sari” ...saya membatin..ingatan saya kembali saat menggambar itu, di masakecil beberapa kali saya mendokumentasi peristiwa bermain saya dengan sari lewat coretan crayon...
“dia terlihat menderita”
Tiba2 terbesit kata2 Dewi saat kami bertemu sari di rumah lamaku...
“apa kamu semenderita itu?” tanyaku dalam hati..
Petanyaan itu muncul saat saya menutup lembar terakhir buku itu, yang ternyata saya salah. Itu bukan lembar terakhir, masih ada lembar paling belakang, dari gambar itu, itu adalah gambaran tanganku tapi memori otaku menolak mengatakan bahwa saya pernah menggambarnya,, disitu tergambar sosok wajah perempuan yang menangis... yang lucu adalah air matanya diwarnai dengan crayon warna merah
*****
Selama beberapa lama tubuh saya terasa menggigil seperti bergidik ngeri, atau entahlah mengatakanya, kalian pernah merasakan hal itu? Seperti tubuh kalian merinding karena dilewati sesuatu?
Sari, tapi dia melarangku untuk bertemu denganya... saya bingung...
Ini adalah pesan dari sari, paling tidak itu asumsi yang terbesit di nalarku..
Tapi beberapa waktu lalu sari tidak memperbolehkanku bertemu denganya..
“belum saatnya rizal”seolah itu seperti permintaan sari..
Apakah yang dimaksud sari dan apa permintaanya sebenarnya, dan yang terpenting apa yang bisa saya lakukan untuknya?
***
Saya tidak sadar bahwa saya melamun cukup lama sampai mendengar suara adzan dzuhur...
Saya menyaut sarung dan menuju masjid.. sesekali saya melamun sambil berjalan,saking asiknya melamun saya jadi menghiraukan bebrapa sapaan tetangga,sampai akhirnya saya ditepuk oleh pak imron, “wahh iki jannn pak dokter ngelamun ae”
Pak imron, beliau sering disapa ustad di daerahku karena beliau sering mengisi pengajian, 
“ehh bapak, iya ini pak lagi banyak pikiran” jawabku sambilsedikit cengengesan..
“walah cah enom, kaya mikir utang ae, ayo cepet yo udah mau qomat”
Jawab pak imron dengan dialek jawa yang kental ..
..
..
..
Selepas dzuhur saya kembali kekamar, sambil melepas sarung saya merebahkan diri ke kasur.
Hmmm... orang jawa menyebutnya “bruwet” atau ruwet, pikiranku serasa ruwet karena rasa penasaran itu...
apa sari tadi masuk kesini?? tidak harusnya saya bisa menangkap jejak kehadiranya. tapi bau melati ini??
saya mencium bau melati.. kehadiran sari biasanya ditandai dengan harum melati,
apakah dia akan datang? saya menunggunya, cukup lama... dan yang aneh adalah saya malah tertidur

“mas...” tepukan dipipiku membangunkanku.. ternyata risa...

Saya berpikir bahwa akan bertemu sari, ternyata tidak, aroma melati itu tidak mendatangkan sari, risa masih menepuk2 wajahku,mataku memang sudah terbuka, tapi saya memang belum merespon risa yang sudah membangunkanku...
Saya akhirnya bangun sambil mengucek2 mata... 
“iya2 ini udah bangun nduk, huhh biasaan deh nepoknya kenceng banget”

Diam... risa diam dia hanya menatapku, wajahnya menunjukan rasa khawatir...
“mas ini beneran kamu??”

Saya masih belum paham dengan arah pembicaraan risa, 

“ya siapa lagi nduk, ambilin air dong..kok tenggorokanku serak banget ya” pintaku kepada risa.

Tenggorakanku terasa serak dan kering, apa mungkin tidurku mangap tadi? Saya melihat kasurku yang berantakan, ahh mungkin tadi aku tidurnya banyak gerak. Batinku dalam hati.

“makasih nduk” ucapku sambil menerima segelas air putih dari risa..

“mas” risa berkata sambil menggenggam lenganku 

“apa nduk? Ada yang serius?”tanyaku karena melihat sikap risa yang tidak biasa..

“ini mas rizal kan?” risa mengulangi pertanyaan yang sama...

“omong sekarang nduk ada apa?”

“emm.... tadi aku kesini mas,, dan aku kira tadi aku ngomong sama kamu mas pas kesini. Tenyata aku ngomong sama sesuatu yang lain. suaramu kayak cewek mas... aku takut, tapi aku gak mau ninggal kamu. Kamu kayak orang kesurupan, njerit2 pelan, merintih minta tolong, dan terakhir tadi bilang temui aku saat 100 tahun setelah aku mati


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 42 Obrolan Singkat )



saya terbangun saat ayam di pekarangan panti itu berkokok..
hmmm terasa selruh badan ini pegal dengan sendi yang terasa kaku.. tampaknya ini akibat dari akumulasi rasa capek setelah perjalanan jauh... saya sedikit melakukan peregangan diatas kasur sambil menyaut jam tangan yang kuletakan didekat bantal.. 04.15 pagi... saya segera mengganti kaos yang saya kenakan dengan pakaian yang lebih layak untuk sholat subuh.. selepas sholat saya hanya berbaring diatas sajadah yang saya gunakan sebagai alat sholat.. badan yang masih capek membuat saya masih enggan keluar kamar, layar hp tidak menunjukan notifikasi apapun, tampaknya risa juga kecapean dan mungkin belum bangun, karena biasanya risa lah yang selalu lebih awal bangun dari pada saya.. klekk saya memutar hendel pintu itu dan mencari risa, semalam dia pamit untuk tidur bersama anak2 panti...



"risa di kamar putri zal"
dewi menyapaku saat saya melewati dapur, dia sedang membuat beberapa cangkir teh dan 2 toples keripik singkong.
saya : "dia udah bangun belom wi?"
dewi : "kamu check aja, dia semaleman hampir gak tidur"
saya :"loh kenapa kok sampe gak tidur??"
dewi :"semalem ada anak yang sakit zal, mutah2 sama demam, aku sama risa berusaha ngurangin demamnya, semalem juga udah aku minta buat pindah kamar kalo mau istirahat, tapi dia milih nemenin"
saya :"kok aku gak dikasi tau? siapa tau bisa bantuin"
dewi :"ahhh kamu udah tidur zal, keliatan capek jadi risa gak tega bangunin kamu.
saya :"oke wi, boleh masuk kamarnya?"
dewi hanya mengangguk dan seperti biasa selalu muncul senyum cantiknya disetiap kesempatan,dewi memberikan arahan letak kamar dimana risa istirahat..
saya berlalu dan masuk disebuah kamar yang ternyata tidak dikunci,
dan begitu masuk saya melihat sekitar sepuluh anak perempuan berumur 5-10 tahunan, ruangan yang tidak seberapa besar itu diisi anak sebanyak ini?? saya bergumam dalam hati,
saya menelisik satu persatu kasur yang ada disitu dan melihat sosok risa yang masih tertidur bersanding dengan seorang anak yang saya taksir berusia 6-7 tahun. sebuah kompres masih menempel di kepala anak yang sedang tertidur pulas itu, dan disebelahnya risa tidur dalam posisi miring sambil memeluk anak yang saya tidak tau siapa namanya.
"namanya Aksa zal, dia dari bogor"
dewi mengaggetkanku, baru saja saya membatin, dewi seperti tau apa yang ada dibenaku.
saya :"aksa ini apa juga yatim piatu?"
dewi hanya menggeleng
"bapaknya pergi gak tau kemana sedangkan ibunya.... mungkin juga bukan ibu yang baik sampe tega ninnggalin aksa disini, dan kerabatnya juga tidak mampu merawat aksa"
saya tertegun sejenak, orangtua macam apa itu? 
saya berjlan perlahan agar tidak membangunkan anak2 karena memang hari masih sangat pagi, 
tampak risa tertidur dengan pulas, tanganya memeluk aksa, seolah risa ini adalah seorang ibu yang sedang menunggui anaknya yang sedang saki, terbesit dmemoriku yang samar2 saya seperti kembali kemasa lalu.
risa mengingataknku kepada almarhum Ibu. yaa,, saya memang jarang sakit tapi ada satu ingatan dimana saya masih berumur 4-5 tahun saat sakit demam tinggi dan ibuk menungguiku persis seperti yang risa lakukan hari ini.
saya menyentuh kening aksa, panasnya sudah normal. "alhamdulillah" ucapku pelan.
saya menyibakan rambut risa yang tergerai dan mendekatkan bibirku ke telinga risa.
"nduk bangun dulu, sholat subuh "
tak butuh waktu lama risa membuka mata, masih teringat jelas bahkan sampai saya menulis ini, hal pertama yang dilakukan saat dia membuka mata adalah tersenyum... senyum yang sangat menawan, selama beberapa saat hati saya terasa terenyuh dengan hal yang sederhana itu, waktu yang singkat itu membuat pikiran saya melambung dan memaksaku mengajukan permintaan kepada Tuhan, semoga senyum ini yang akan selalu kulihat tiap bangun di pagi hari..
"mas 😊 " ucapnya dengan suara serak khas orang bangun pagi,
secara spontan perhatian risa berpaling kearah aksa, dia mengambil kompres yang masih menempel di kening aksa sambil memeriksa suhu tubuhnya.
"ahh alhamdulillah" ucapnya yang masih dengan senyum di wajahnya.
Saya :"aksa udah gapapa kok, keluar dulu yuk, kamu belum sembahyang kan?"
risa mengangguk dan beranjak pelan, sambil menggandeng tanganku kami berjalan menuju ruangan kami..
...
...
...
pagi itu saya hanya berada dikamar, sepertinya kondisi badan saya yang menuntut untuk istirahat lebih lama, sedangkan risa.. entah kemana dia, setelah subuh dia sudah tidak terlihat mungkin menengok keadaan aksa atau sedang bermain dengan anak2 lain.
sampai menjelang siang risa kembali keruangan, raut wajahnya tidak seperti biasa, saya menayakan ada apa, tapi jawaban risa selalu bilang "gapapa" . saya kira ini adalah penyakit cewek, ketikacowok tanya kenapa, jawaban semua cewek itu sama "gapapa", padahall raut wajahnya menunjukan bahwa dia sedang ada apa apa 😉 
sikap risa yang aneh berlanjut sampai malam hari, saya malah bingung sendiri dengan perubahan sikapnya.
sampai sekitar pukul 20.00 saya mengajak risa berbicara.


saya : "nduk kamu kenapa?, boleh cerita?? "
risa :"hemmmm... cuma mikir sesuatu aja mas"
saya :"boleh aku tau? "
risa menghela nafas panjang,
"aku bingung aja mas, sama orantua atau sodara2 dari anak2 yang tinggal disini.. menurutku aneh, walaupu memang sebagian besar dari mereka disini itu yatim piatu tapi beberapa kasus dari mereka ada yang ditelantarkan gitu aja saama orangtua mereka, aku heran aja kok ada yang tega kayak gitu,bahkan binatang kayak buaya aja bakal njaga anaknya sampe bisa cari makan sendiri, lha ini manusia kok gitu, beneran mas aku gak habis pikir... kadang aku ngebayangin kalo aku udah jadi ibu, aku gak akan biarin anaku begini, aku bakal bawa dia kemanapun, sesulit apapun itu, atau mungkin hidupku besok juga susah, aku sebisa mungkin bakal ngrawat anaku sendiri, ahhh mas kamu bikin aku tambah sebel deh 😱 "
saya hanya diam, sesekali tersenyum mendengar jawaban risa...

"yaa nduk, akupun berpikir demikian, walaupun aku juga yatim piatu, tapi kedua orangtuaku sangat... sangat.. dan sangat care sama aku. tadi aku juga mikir seandainya aku jadi seorang bapak .... semoga aku bisa jadi bapak seperti almarhum bapaku yang bertanggung jawab untuk istri dan anaknya. aku beberapa kali menghayal tentang masa depan, setelah cita2ku jadi dokter tercapai kemudian apalagi??
aku harus punya cita2 keduaku, dan aku berdoa semoga kamu menjadi sekuel kedua dari impianku nduk..
aku gak bisa jamin kalau kita adalah jodoh, aku cuma bisa berusaha menyiapkan dan memperbaiki diri, agar kamu menjadi lanjutan kisah hidupku. bertahun-tahun bersamamu membuat aku yakin nduk..
kamu akan jadi Ibu yang baik"


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 41 Risa dan Dewi )



“yang itu mas, aduh kelewatan kan” risa berseru sambil menggoyang2kan punggungku yang sedang khusuk menyetir,
“bukan disana nduk, tapi yang itu, ahh kamu malah ngaco” jawabku tak kalah ketus, kami sedang ribut masalah jalan menuju ke panti tempat tinggal dewi, Risa yang sedari tadi nyerocos memaksaku bersuara tidak kalah keras disana, sekian lama denganya mungkin saya akan ketularan penyakit bawelnya.
Kami berdua memang buta dengan peta Jakarta, jalanan yang macet dan bercabang membuat kami pusing, apalagi waktu itu adalah jam istirahat kantor, jadi benar2 membuat jalanan bertambah ramai.


Mau tak mau kami harus menggunakan teknologi GPS (gunakan penduduk sekitar) dan akhirnya setelah 2 jam mencari alamat kami sampai di tempat dimana dewi tinggal..
Sebuah bangunan yang terlihat berumur namun terawatt, dihalaman depan tampak banyak anak-anak berkisar usia 5-10 tahun sedang bermain bola plastik yang sudah penyok, pagar besi berkarat setinggi dada mengelilingi bangunan itu, didepan ada sebuah gapura kecil dengan sebuah papan kayu usang bertuliskan “Panti Asuhan xxxxx “ sebagai penanda bahwa kami tidak salah alamat.
Selama beberapa detik saya dan risa saling berpandangan, saya menunggu kode dari risa untuk turun dan memencet bell di pintu gerbang kecil itu, “ayo mas, nunggu apa?” tanyanya sambil mengelus lenganku. Saya hanya mengangguk sambil turun dari mobil dan memencet bel yang berada persis disamping pagar, ting tong ting tong, perlu beberapa kali saya memencet sampai seorang ibu paruh baya muncul dengan sedikit berlari menghampiri kami dan membuka gerbang.
“selamat siang.. ada yang bisa saya bantu?” Tanya ibu itu dengan tersenyum
“iya bu, maaf mengganggu, saya mau Tanya apa benar Dewi Iryana tinggal disini?, saya Rizal teman kuliahnya, kesini membawa titipanya yang ketinggal pas di jogja kemarin” jawabkusambil menyalami ibu itu.
“ohh mas rizal ini to yang sering diomongin sama Dewi, saya Tarsih mas, pengurus panti. ayo mas masuk dulu, dewi lagi ngurus anak-anak, ayo mas mobilnya dimasukan dulu” ibu itu mengajaku dengan wajah senang,
Saya kembali kedalam mobil dan disambut risa dengan senyum manisnya, 
Risa : “beneran ini kan mas tempatnya?”
Saya :”betul nduk, yok ahh markir mobil dulu” jawabku sambil memasukan mobil kedalam pekarangan panti asuhan itu, saya dan Risa turun dari mobil dan melihat belasan anak-anak kecil yang berhenti bermain, mereka menatap kami dengan tatapan yang lucu. Mereka tiba2 berlari dan menghampiri kami sambil berebut bersalaman dengan kami, tidak ada yang bisa saya lakukan selain menyambut tangan-tangan kecil mereka sambil tersenyum, saya menoleh kearah risa yang sedang berjongkok dan tersenyum sambil menyalami masing2 dari anak2 itu, beberapa kali dari lisanya bertanya “adek siapa namanya” , memang Risa ini sangat mudah beradaptasi.
Bu Tarsih :”ayo anak2 mas sama mbaknya jangan diganggu, biar istirahat dulu, ini tamu dari jauh”
Bu tarsih berseru agar anak-anak berhenti mengerumuni kami,
Risa :”ahh gak masalah bu, namanya juga anak-anak  “. Risa menjawab dengan nada sopan sambil menyalami bu tarsih.
Bu tarsih :”yasudah sekarang mas sama mbak masuk dulu di ruang tamu ya, biar saya manggil dewi dulu” 
Bu tarsih mengajak kami masuk ke ruang tamu, sambil sedikit berbincang dengan saya sekedar berbasa-basi dengan pertanyaan ringan, sedangkan risa dia malah belum beranjak dari tempatnya tadi dan masih asik berkenalan dan bercanda dengan anak-anak panti, dia memang senang dengan anak-anak, tak heran jika sudah bertemu keponakan yang masih anak2 dia selalu jadi tante favorit.
“nduk, masuk dulu yuk” seruku sambil melambai mengajak risa masuk.
“iya mas, bentar!!, ehh adek-adek, kakak tinggal dulu ya.. nanti kita ketemu lagi” risa berpamitan dengan anak-anak itu sambil sedikit berlari kearahku, dia memegang lengankku sambil tersenyum senang, entah apa yang membuat dia terlihat demikian.
Kami diminta duduk dan menunggu sebentar sementara bu tarsih beranjak untuk mencari dewi yang katanya sedang berada di salah satu kamar anak.
Saya melirik kearah risa yang sedang asik memandang sekeliling ruangan dengan senyuman yang tak lepas dari bibir tipisnya.
Saya :”kenapa nduk? Sumringah banget??”
Risa :”hehe gapapa sih mas, seneng aja liat anak-anak lagi pada maen, tapi disatu sisi aku juga merasa…….”
“Rizal???”
Belum selesai Risa berucap dewi sudah muncul menyapa kami, wajahnya tampak sedikit kaget melihat saya dan risa mampir ke tempatnya.
Dewi :”kamu kok sampe sini?, gak bilang2 lagi, Dasar!!” 
Saya :”hehe gak ada waktu buar omong wi, lagi pula aku kesini juga buat ngasi barang kamu yang ketinggalkan, oh iya kemarin kamu belum kenalan kan?, nduk kenalin ini Dewi, dan Dewi kamu tau ini siapa”
Risa :”hallo Dewi  “
Dewi :”Risa  aku dah sering denger tentang kamu ”
“zal, semua udah baik kan?? Kamu digamparin sama risa? Kok ampe bonyok gitu?”
Tanya dewi dengan sedikit berbisik,
Saya :”ahhh panjang ceritanya wi” jawabku asal, karena enggan mengingat peristiwa tempo hari
Dewi :”yaudah, ayo aku anter ke kamar dulu yuk, tapi kamarnya Cuma ada satu yang kosong, kalian pake kamarku aja gapapa kan?”
Risa :”ehh gapapa wi, aku biar tidur dideket anak-anak aja gapapa ya, yayaya aku pengen deket anak-anak pleaseee” 
saya :”hooh gapapa nduk, jadi aku tidurnya sekamar sama dewi yak 😁 “
Risa :”ihhhh masss… apaan sih? Awas aja ya kalo sampe gitu, heran aku sama kamu mas, pulang dari Ausie kok jadi mesum gitu otaknya, wii ati2 ya sama dia kalo disana “
Dewi : 😁
Tak terasa kami sudah menghabiskan satu jam lebih untuk mengobrol, dewi dan risa mereka sangat cepat akrab satu sama lain, dewi yang setauku pendiam tiba2 jadi banyak bicara saat dekat dengan risa, ternyata benar dugaanku, mungkin besok akan saya jadikan bahan penelitian dengan tema “penyakit menular cerewet” .
Hari semakin sore, saya dan risa sudah dipersilahkan mandi dan sedikit beristirahat di rungan kecil yang sudah disediakan untuk kami, saya sedang duduk sebntar sambil meminum sisa teh botol yang saya bawa di tas, sementara risa, entah apa yang dilakukan. Dia asik membongkartas sepertinya mencari sesuatu.
“nduk, cari apa kamu?”
“eh ini mas, akucari camilan nihh”
“ngemil terus, ntar gendut lohh”
“ihhh bukan buat aku mas, buat anak2..kemarin kita kelupaan gak bawa oleh2 buat mereka kan?, aku disini ngerasa kasian sama mereka mas” pandangan risa tidak bergeming dari tasnya, sedangkan tanganya sibuk menata beberapa bungkus snack yang sudah kami beli untuk bekal perjalanan kemarin.
“jangan gitu nduk” jawabku dengan serius
“jangan gitu gimana mas?, apa mas gak kasian sama mereka anak2 sekecil itu udah tinggal disini?” risa menoleh kearahku dengan tatapan bertanya.
“bukan begitu nduk, kamu tau Aku sama seperti mereka, walaupun aku enggak pernah tinggal di panti tapi kerinduan tentang kasih sayang orangtua juga sering aku alami. Selama ini aku menghindari satu sikap dari orang lain nduk.kamu tau apa itu? Itu adalah belas kasihan”
Tangan risaberhenti bergerak, risa yang dari tadi berada di pojok ruangan kini beranjak dan berjalan kearahku kmudian ikut duduk dismpingku. Dia mengusap lenganku lembut, raut wajahnya seperti menyimpan pertanyaan.
Risa :“maksud mas?, bukanya rasa kasian itu menunjukan simpati kita?” risa bertanya lagi.
Saya :“itu dua hal yang berbeda nduk”
Saya :“rasa simpati itu itu seperti kamu tertarik kepada seseorang entah itu lewat kepintaranya, wibawanya dll. Tapi kasian adalah sikap dimana nuranimu berkata bahwa orang ini sangat menderita, orang ini butuh dibantu, orang ini lemah, orang ini tidak bisa berbuat sesuatu jika tidak ditolong dll. Aku tau maksudmu baik nduk,Cuma sedikit sharing aja sih.mungkin mereka masih anak2, tapi mereka akan dewasa juga dan orang yang dibesarkan dengan belas kasian akan tumbuh jadi orang yang selalu mengharap belas kasiahn orang lain, dan percayalah orang seperti itu tidak akan pernah hidup bahagia”
risa hanya diam, tapi dia tersenyum manis, memang gadis ini dibekali dengan otak cerdas jadi tiap obrolan kami jarang sekali terjadi salah paham...
Risa :”aku paham mas,  maafin aku ya, betul katamu mas”
Risa menyandarkan dagunya kebahuku sambil berbisik manja.
“tapi kalo kita keluar beli camilan yang banyak buat anak2 gak papa kan mas?”
Saya tersenyum mendengar permintaan risa...
“kalo itu boleh  “ 
Akhirnya kami pergi sebentar menuju sebuah minimarket yang tidak jauh dari panti itu, saya memilih beberapa makanan yang tahan lama seperti manisan dan asinan, tidak lupa beberapa kaleng susu saya ambil, sedangkan risa yaa namanya perempuan, dia belanja dengan tanpa aturan apapun makananyang bisa masuk kedalam keranjang belanjaanya akan dia bawa, dan jika kalian tau jumlah barang yang risa ambil kalian mungkin akan heran.. -__-
...
“ayo adik2 ini kakak bawain makanan ayo semua ambil”
Risa berbicara dengan sekumpulan anak yang mengerumuninya yang membawa empat plastik ukuran besar yang berisi penuh dengan snack..
Segera sajabelasan sampai puluhan anak2 itu mengrubuti risa yang tampak tersenyum sangat lepas..
Saya memandangya dari kursi yang tidak jauh dari tempat risa berdiri sambil ikut tertawa melihat risa yang mulai kewalahan karena dikeroyok anak2 yang saling berebut snack..
“kalian gak perlu repot2 kayak gitu”
Suara dewi mengalihan perhatian saya, dia duduk sambil ikut tersenyum, sesekali dia menasihati anak2 yang membuat risa tampak kerepotan..
“aku sama sekali tidak kerepotan wi” jawabku dengan santai,
Dewi beranjak dan ikut membantu risa untuk membagikan snack2 itu,kedua gadis lembut itu memperlakukan anak2 itu seolah mereka adalah keluarga mereka.
saya sekali lagi melamun dan memandang dua gadis didepanku..
“sempurna” ya kata itu cocok menggambarkan masing2 dari personal Risa dan Dewi,
Cantik, briliant, ulet, dan mereka memeliki pesona yang saya jamin akan membuat laki2 normal jatuh hati, pesona itu adalah ketulusan mereka. 
Dewi adalah sosok yang mengajari saya tentang seburuk atau sekacau apapun keadaanmu saat ini kamu akan selalu punya celah untuk mensyukuri keadaanmu saat itu, sedangkan risa dia adalah orang yang menemaniku dalam setiap inci perjalanan hidupku, dia mengajariku bahwa ketika seluruh dunia seolah tidak berpihak kepadaku Tuhan akan mengirimkan satu orang untuk menguatkanku, dan orang itu adalah dia. Risa juga merupakan jawaban dari apa yang diajarkan dewi padaku, yaa risa adalah hal atau celah yang harus aku syukuri keberadaanya..
Beberapa kali terbesit diotaku, bahwa Tuhan selalu memberikan hal baik disetiap kesulitan. Mungkin tuhan mengirimkan hal baik itu dalam bentuk manusia bernama Risa dan Dewi itu..atau mungkin mereka sebenarnya bukan manusia, melainkan malaikat yang dikurung dalam wujud manusia.
Saya tidak sadar larut dalam lamunan itu sambil senyam senyum sendiri, sampai mendadak ada suara yang membuyarkan lamunanku.
“mas malah senyam senyum sendiri, ngelamun jorok ya?? Sini bantuin aku, ini berat buanget taukk”
Haha risa dasar risa, ucapku dalam hati baru saja saya memujinya dalam hati kini dia sudah mengganggu ketenanganku.


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 40 Teka Teki )



"kerajaan sekarang terpecah oleh edeologi dan ego dari masing2 pewaris kekuasaan, mereka berlomba untuk meluaskan wilayah masing2 sampai mereka lupa dengan rakyat"
saya :"lalu apa yang kamu lakukan?, bukanya kamu adalah penguasa?"
raden :"saya hanyalah adipati disebuah kadpaten di wilayah pegunungan, segala macam cara sudah saya lakukan untuk mencegah ini semua, tapi nihil, suara saya tidak akan terdengar karena saya hanyalah keturunan sudra"
saya :"sebenarya apa yang mau kamu katakan?"
raden :"sebentar lagi kamu akan tau, sebaiknya siapkan dirimu"
.....

...
...
scene berpindah lagi,waktu berjalan normal ketika bangunan2 itu telah terbakar dan roboh, pure2 yang hancur dan warga kampung yang sekarang sudah dikumpulkan di tanah lapang..
dan.. raden tidak berada didekatku, dia berada didepan krumunan warga sambil berlutut, didepanya seorang pemuda berdiri tegap sambil berkacak pinggang
suara riuh warga yang seolah ketakutan membuat saya tidak bisa mendengar suara raden dan orang didepanya, saya berlari menghampirinya, dikanan kiri terlihat prajurit yang berjaga,
prajurit2 itu berbeda dengan prajurit yang sebelumnya, mereka menggunakan pakaian berwarna coklat, masing2 dari mereka membawa galah setingi 1,5 meter dengan ujung besi runcing..
mata saya menangkap kepulan asap hitam di balik beberapa prajurit itu, mereka seperti membakar sesuatu, entahlah apa itu, tapi saya meilhat potonga tubuh manusia diantara tumpukan benda terbakar itu, yang kini memunculkan aroma daging yang terpanggang..
saya sempat tertegun melihatnya, ternyata yang dibakar adalah mayat dari prajurit yang sebelumnya saya lihat bertugas membawa bahan makanan tadi, saya sebisa mungkin menyadarkan diri bahwa ini hanyalah ilusi, ini hanyalah gambaran dari masalalu..
saya berlari lagi kearah raden yang berada di tengah lapangan bersama mungkin sekitar 200 orang warga..
..
...
cleng.. cleenggg
2 bilah pedang kecil dimainkan oleh seseorang, raden sama sekali tidak bergerak, dia hanya duduk tersimpuh.. saya semakin mendekat, sampai dengan jelas saya dapat melihat tanganya terikat tali rotan..
sorang lagi yang hanya berkacak pinggang dari tadi kini mulai terdengar pembicaraanya, walaupun sama sekali saya tidak mengerti apa maksudnya, tapi tampak betul kalau dia tidak senang, dia tampak marah kepada raden
suara tangis anak kecil dan wanita bergemuruh, saya tidak melihat pemuda disini, di kampung ini isinya hanya wanita dan manula, beberapa laki2 dewasa tampak tidak sehat dengan wajah pucat dan anggota tubuh yang cacat..
ada apa ini??
kepala raden dimasukan kedalam sebuah pasung kayu secara paksa, sebuah mahkota kecil yang menghiasi kepala raden diambil, rambut pancangnya dipotong dengan pisau kecil hingga nyaris gundul,
degan perlakuan kasar seorang bertubuh tambun itu memptpng rambut raden hingga membuat kepalanya berdarah2 terkena sayatan pisau..
apa yang saya lakukan? saya sama sekali tidak bisa berbuat apa2, karena percuma. ini semua hanya memori dari masalalu yang diputar kembali, saya hanya diam sambil melihat untuk mencari sebuah kesimpulan.
telinga saya sam[ai sakit mendengar jeritan minta ampun dari warga kampuung itu, mereka terlihat mengiba,saya menoleh kearah mereka yang ternyata juga terikat tali rotan persis seperti raden..
bahkan anak2 juga diperlakukan demikian, suara anak yang menangis memanggil ibunya, dan suara ibu yang menjerit menahan tangis memanggil anaknya..
didepan mereka terlihat pemimpin mereka bersimpuh dan diperlakukan seperti binatang, pasti mereka sangat ketakutan.
..
..
suasana semakin riuh saat seorang yang mirip algojo itu mengarahkan pisau kekepala raden, suara jeritan histeris para wanita disana terdengar begitu nyaring, beberapa diantara mereka bahkan sampai menangis ketika melihat kedua telinga raden terpotong,
siksaan kejam lainya yang diterima raden membuat saya merasa ngeri, saya tidak bisa melakukan apapum, teriak pun saya sudah tidak bisa lagi, saya hanya bisa menutup mata ketika pisau yang berlumuran darah itu mulai menyentuh leher raden.
"astaghfirullah" hanya itu yang bisa terucap berulangkali dari mulutku, jeritan dan tangisan semakin lama semakin keras, dan memaksa saya membuka mata, dan begitu kedua mata saya terbuka saya melihat 2 orang raden,
satu orang sosok raden yang masih sehat, dan seorang raden lagi yang terbaring bersimbah darah di didepan orang2 yang berkerumun itu..
.
saya :"apa yang sebenarnya....."
raden :"memberontak, saya terlalu banyak membangkang, saya menolak memberikan jumlah upeti yang harus disetorkan, dan inilah akibatnya, saya harus
yang harus saya terima"
raden menunjuk ke kerumunan warga, mereka... mereka.!!! ahh saya terlalu takut menceritakanya, mereka medapat perlakuan seperti binatang, disiksa, bahkan anak2pun mendapat siksaan yang mengerikan.
prajurit2 yang berada di tengah lapangan berjalan menjauh dan sekitar 3 pelton prajurit ain yang membawa busur dan anak panah mulai berjajar di pinggir lapangan.
clashhhh!!! anak panah itu meluncur dari busur dan mengenai perut seorang anak yang mungkin baru berumur 5 tahun!!, diikuti anak panah lain yang berhamburan mengenai anggota tubuh dari masing2 warga..
saya menatap kearah raden
"kenapa??, kenapa kamu menunjukan ini?"
raden tidak menjawab, dia kembali menunjukan jarinya kearah pembunuhan masal itu, setelah semua anak panah diluncurkan, puluhan prajurit lain yang membawa tali memeriksa setiap tubuh yang berlumuran darah itu, bau amis dan anyir dari darah yang tergenang membuat saya mual.
mereka menemukan 19 orang selamat dan mengalungkan tali ke leher mereka, orang2 itu meronta ketakutan, dan melakukan perlawanan yang percuma, mereka disiret dengan seutas tali yang melilit leher mereka,
dan beberapa prajurit melemparkan tali ke sebuah pohon yang sangat besar.. pohon yang familiar, dan benar saja pohon itu adalah pohon yang sama seperti pohon yang berdiri di samping kamar hotel saya menginap..
19 orang, terdiri dari 10 orang wanita, 5 orang manula dan 4 orang anak2, mereka digantung hidup2!!
beberapa prajurit lain mulai menggotong mayat2 lain yang mungkin diantara tumpukan mayat itu masih ada yang selamat, mereka menaruh jerami dan cairan hitam seperti minya, seseorang yang membawa obor mulai menyulutnya dan...
bufff api berkobar dengan besarnya, saya mendengar jeritan minta tolong dari beberapa orang yang ternyata masih hidup, segera saja bau sangit dari rambut yang terbakar dan bau daging dan darah yang terpanggang masuk ke hidungku,,
saya melihat beberapa prajurit menggotong tubuh raden yang sudah hampir tidak bernyawa dilempar ke bara api yang memanas...
ngerii,, menakutkan.. pembantaian manusia pertama yang saya lihat, walaupun ini hanya memori dari masa lalu, tetap saja akan membuat kalian mengompol jika melihatnya.
kenapa mereka melakukanya?? apakah ini wajah kerajaan nusantara di masa lalu??, penuh kekejaman?, hanya karena wilayah, hanya karena pajak, nyawa manusia yang harusnya dilindungi bahkan tidak ada harganya..
"kerajaan galuh, dan kerajaan kami kalah perang, para petinggi kerajaan mengatakan bahwa kekalahan terjadi karena perbekalan yang kurang, hingga kami harus dihukum seperti ini, mereka menganggap bahwa kami tidak memberi upeti yang ditetapkan"
raden mulai berbicara padaku dengan nada bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.
"semua sudah digariskan, kamu adalah anak emas, kami menunjukan ini agar kamu bisa mengambil manfaat, kami bukan jin hitam, kami hanya ingin mengajarai rasa sakit dan ketakutan padamu agar tidak ada lagi kejadian seperti ini"
sebuah pembelajaran dari masa lalu"
saya :"lantas apa yang harus saya lakukan untukmu?"
raden tersenyum, tanganya menepuk pundaku sesekali matanya memandang sekeliling kami, dan secara tidak sadar saya sudah berada didalam kamar hotel.
mata saya berkunang2 entah efek dari apa hingga membuat sensasi pusing dikepalaku, hening... suasana yang hening, raden tampak duduk bersila didepaku sambil memejamkan mata, dan secara otomatis otak saya mem flash back kejadian tadi,
mencoba membuat kesimpulan dari asumsi saya sebelumnya, dan tiba2 saya teringat sesuatu yang sangat penting.
saya : "Risa ....... "
tanpa membuang waktu saya beranjak menuju pintu.. klekkk.. kleekkk
saya :"kenapa kamu masih menahanku??" tanyaku kepada raden yang masih bersila, kali ini tubuhnya mengambang dengan jarak 30cm dari lantai..
raden :"gadismu tidak apa2, kami hanya membuatnya tidur sebentar, bukanya kamu tadi punya satu pertanyaan??"
saya hanya mengangguk, saya tidak tau kenapa tapi saya jadi mempercayai raden.
"doakan kami... agar tidak ada lagi dendam, agar kami bisa pergi dari tempat ini, kami sudah menunggu lama orang sepertimu .. lama sekali, kami sudah terlalu lama menunggu hingga rasa dendam dan benci itu semakin menggunung"
saya mengangguk, saya paham apa yang dia rasakan.
raden berdiri, sambil melayang dia mendekatiku..
"jangan jadi manusia seperti yang saya tunjukan, terimakasih.. saya percayakan kepadamu, salah sawijining satrio piningit"
dan dalam sekejab... raden sudah hilang dari pandanganku....
saya memncoba membuka hendel pintu itu sekali lagi dan... klekk... berhasil, saya berlari menghambur menuju kamar risa yang bersebelahan dengan kamarku,blarrrr saya malah menabrak pintu yang terbuat dari kayu tebal itu sampai menimbulkan suar yang keras,
"siapaaa??" sebuah suara menyaut, risa ya itu suara risa, sejenak saya menghela nafas lega karena tidak terjadi apa2 denganya,
"aku nduk!, bukain pintu cepet!!" seruku dari luar, dan begitu pintu itu terbuka tampak wajah risa yang terlihat kebingungan,
"kenapa mas? hoammm.. kayaknya aku jatoh dari kasur deh, tapi kok bisa2nya gak bangun yak?, malah tidur dilantai tadi hehe" detik itu juga saya jadi ikut bingung antara senang karena risa sama sekali tidak apa2, bahkan tidak mengingat kejadian menakutkan itu, atau harus jengkel dan sebel melihat wajah tanpa dosanya setelah apa yang saya alami malam itu.
dan yang mengherankan adalah peristiwa yang saya rasakan seolah memakan waktu seharian itu tidak mengubah waktu, apakah waktu berhenti??
wallahuallam, Tuhan benar2 terlalu baik atau sedang mengutuku dengan hal aneh yang terjadi seperti barusan, seiring berjalanya waktu saya mulai mengerti dengan apa yang terjadi padaku, misteri demi misteri akan terpecahkan seiring pendewasaan saya,
ini seperti mengisi teka teki silang, setiap kolom akan saling berhubungan untuk mendapatkan jawaban yang hakiki, cerita ini akan terus berlanjut sampai peristiwa terakhir yang akan saya alami dihidup saya saat ini, yang jelas peristiwa pada malam itu akan selalu saya ingat.
dan akhirnya malam itu saya tidur sekamar dengan risa dan harus rela istirahat diatas sofa yang ada disebelah tempat tidurnya.
benar2 malam menakutkan yang tidak akan pernah saya lupakan, tapi kalian tau? kejadian menakutkan lainya terjadi pada pagi hari saat kami check out dari hotel angker itu,
kejadianya adalah saya harus membayar ganti rugi kasur yang saya rusak semalam saat bertemu raden dalam wujud seramnya, dan yang paling menakutkan lagi adalah ocehan risa yang tidak henti2nya bertanya kenapa saya bisa sampai merusak kasur itu,
"iki mergo kahanan nduk -_-", ucapku asal dalam bahasa jawa unuk menghindari pertanyaan2 lain yang pasti terlontar dari mulut bawelnya.
setelah check out kami melanjutkan perjalanan ke jakarta, dan semenjak menginap di hotel itu saya akan lebih selekif dalam memilih hotel kalau ingin menginap lagi.


Sumber Kaskus

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

ad2